Selasa, 29 Maret 2016

Untuk Setiap Hati

Samar yang setipis kertas, diantaranya ada sebuah batas. Tidak ada peraturan yang begitu kuat untuk memisahkan antara cinta dan sebuah penyangkalan. Ketakutan mempunyai sejuta kekuatan yang melebih-lebihi segala rasa saat ia mulai beraksi. Nyawa hati belum kembali pulih seusai ia habis-habisan disakiti oleh yang begitu ia cintai. Jika kini ditawari dengan rasa yang serupa dengan apa yang dulu ada, hati hanya terlalu takut untuk ia terburu-buru. Terlalu takut ia lagi-lagi tak berhati-hati. Caplah aku penakut atau pengecut, tapi ini upaya melindungi hati yang terlalu sering mencintai tanpa setengah-setengah. Hingga akhirnya, ia benar-benar patah.

Dulu, cinta dan bahagia begitu sederhana untuk dimiliki. Namun sejak berkali airmata menjadi pertanda tibanya si peretak hati, percayaku mulai berkurang. Ku kira sosok itu ditakdirkan untuk menemukanku, tapi nyatanya dia meremukkanku. Bukannya aku mengasingkan diri tak mau lagi dicintai, pintu itu akan masih terbuka, tapi aku perlu untuk menyeleksi pemilik kuncinya. Cinta masih mengental, tapi luka pun terasa mengekal. Aku hanya tak ingin salah langkah. Karena pernah, cinta membuatku begitu patah. Untuk sembuh perlu waktu yang sangat lama. Aku butuh merangkak seorang diri, meminum pil kenyataan yang begitu pahit dan satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menerima.

Memang, tadinya aku tak ingin berburu-buru mendefinisikanmu sebagai calon penghuni hati. Karena ada beberapa ruangan yang pernah diobrak-abrik oleh objek masa laluku, kini perlu dirapikan terlebih dahulu. Terlalu jahat jika ruangan tempatmu menghuni nanti masih dipenuhi sisa-sisa luka. Penyambutan yang baik adalah sebenar-benarnya mencintai dengan tanpa membawa masa lalu ikut serta. Memang, ingatan tentang beberapa peristiwa patahnya hati takkan pernah bisa terusir pergi. Tapi setidaknya aku perlu memastikan bahwa sekalipun bahagia mulai mengudara, ini bukanlah penyangkalan atau pesta sandiwara. Ini bukan perasaan sisa-sisa masa lalu. Harus ada hati yang benar-benar bahagia, atas maaf yang sepenuhnya terlaksana.

Jika belum diberikan berarti kita masih dipersiapkan dan jika dipersiapkan, pasti kita sudah dipercayakan. Jadi bukan berarti saat menunggu yang terbaik, kita berhenti untuk menjadi yang terbaik. Kita tidak akan pernah sampai ke rumah yang tepat, kalau kita hanya diam di tempat. Percayalah kepada Sang Pemegang Hari Esok, karena Dia tidak akan membuat kita jatuh terperosok. Jangan takut, jangan khawatir, jangan cemas akan suatu hal yang masih tak terprediksi, karena Tuhan sudah pegang kendali. Porsi untukmu, tidak akan pernah berlebihan atau berkekurangan. Rencana Tuhan tidak akan pernah terlambat atau terlalu awal. Sebarkanlah percaya pada ruang hatimu, berhentilah mengira dengan logikamu sendiri.

Cinta masih sama. Beberapa harus menunggu sedikit lebih lama. Beberapa masih harus setia mencintai tanpa menimbang banyak apa yang akan diterima. Karena cinta adalah memberi, bukan sepenuhnya memiliki. Cinta masih sama. Takkan terasa tiba jika kita masih menyangkalnya. Terimalah, percayalah, bahwa semua akan baik-baik saja. Jika ujungnya bukan dia, berarti masih ada sosok terbaik yang masih dipersiapkan. Cinta masih sama. Kitalah yang harus pintar-pintar berhati-hati menjaga hati dan menikmati bahagia yang mengedar luas di setiap arena. Cinta masih sama. Masih berteman baik dengan percaya. Karena mungkin, disaat kamu tak lagi mencari, tidak lagi mengharapkan terlalu banyak, disaat kamu seutuhnya utuh, Tuhan mengirimkan penghuni istimewa itu. Bersiaplah. Kamu tidak akan bisa menelusuri indahnya jalan Tuhan, bukan?

Selamat menunggu saat itu tiba, dan berbahagialah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar