Kamis, 24 Maret 2016

REFLEKSI WAKTU

Pikiranku baru saja berkelana ke tempat yang jauh. Ke tempat dimana air mata lebih sering turun daripada hujan. Ke tempat dimana jarak antara langit dan bumi lebih dekat dari dua pasang sorot mata yang tak bisa bertemu. Ke tempat dimana ketakutan-ketakutan itu ada, dan kuatir bisa saja tiba-tiba lahir. Ke tempat dimana kata pisah menjadi batas yang sangat menyakitkan. Ke tempat dimana kamu mungkin saja tidak tahu bahwa itu adalah hari terakhir.

Tiba-tiba saja, aku ingin tahu. Tiba-tiba saja aku penasaran. Tiba-tiba saja aku ingin mencicil rasa lebih dini. Hingga aku mengerti bahwa aku salah. Sekejap aku memejam, aku tahu waktu tidak pernah bisa diam. Waktu terus berjalan, pilihan-pilihan terus bergantungan dan kamu tak bisa menghindar dari hari esok.

Namun, bukankah kita bisa menggelar tikar, lalu piknik di atas tanah yang sempit? Karena langit kemana kita mengadah akan tetap sama, luas.

Lalu, kenapa kita lebih banyak menguatirkan tentang perpisahan dan lupa menghargai sebuah pertemuan? Kenapa kita lebih banyak menguatirkan hari terakhir dan lupa menikmati hari-hari yang sedang hadir? Kenapa kita lebih banyak menyesali yang terjadi dan tak mencoba memperbaiki yang ada? Karena pada akhirnya bukan perpisahan yang seharusnya kita kuatirkan, tapi mengabaikan skenario yang sudah Tuhan rancangkan.

Buat apa kamu takut dengan waktu yang terbatas, kalau kamu bisa jatuh hati di setiap hembusan nafas? Kekuatiran hari ini cukup jadi porsi hari ini, karena esok ada bagiannya sendiri. Tenanglah, segala sesuatunya akan baik-baik saja. Karena kamu tidak perlu menguatirkan apa yang sudah dikendalikan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar